Kisah ini dimulai ketika dia mengambil hati dan seluruh kehidupanku, dia telah mengisi penuh semua pikiranku, bayangnya selalu hadir dimanapun aku berada dan mengikuti setiap langkahku, sesungguhnya akupun merasa terganggu dengan kehadirannya, karena selama ini, dia hanya datang dan pergi, keluar masuk dan merusak pintu hatiku yang selalu terbuka untuknya, dia telah menghilangkan semua harapanku untuk menatap sosok selain dirinya, aku lelah untuk menunggunya, namun apa mau dikata? Dia telah menciptakan fakta yang merubah seluruh kehidupanku.
Aku duduk di bangku ini, selama kurang lebih satu jam yang lalu hanya untuk merenungkan apa yang akan dia ucapkan, aku merasa ada hal yang begitu mendesak hingga dia merencanakan pertemuan ini, aku memutar kembali album yang dia berikan kepadaku, dan hatiku selalu bergetar ketika aku mendengarkan suaranya yang lembut mengalunkan musik-musik klasik ini, perlahan aku kembali terhanyut dengan ucapannya waktu itu “maukah kau menjadi pacarku?”, betapa bodohnya aku ketika aku menjawabnya “maaf, aku bisa menjalin hubungan yang lebih dengan seseorang ketika aku telah meninggalkan almamater ini”, betapa hatiku merasa sangat terharu ketika dengan sabar dia menjawab “akan aku tunggu kamu sampai kau siap”. Semuanya seperti mimpi ketika suara itu menyentuh gendang telingaku, dan betapa hancurnya aku ketika suatu hari aku mengirimkan sebuah pesan singkat untuknya dan balasan itu telah menghancurkan seluruh hidupku.
Aku tertegun sejenak memandang sosok yang ada di depanku, aku melihat ada perubahan pada dirinya, matanya yang sayu, namun tetap memancarkan sinar itu, sinar yang selalu kurindukan, dan anganku semakin melayang ketika dia berucap “selama ini aku salah telah memilih banyak gadis yang aku rasa mereka pantas untukku, namun pada kenyataannya, mereka hanya mencintai hartaku, tanpa mencintaiku, dan aku rasa, kamulah seseorang yang pantas mengisi disetiap hariku, aku ingin melihatmu ketika aku terbangun dan aku ingin kamu ada disetiap aku membutuhkanmu, aku ingin kamu di hidupku, mungkin aku lancang mengatakan ini padamu, aku tau kamu menderita karena aku, aku menyadari itu dan aku sangat meminta maaf padamu, tapi aku sungguh mencintaimu, menikahlah denganku”, di berlutut di depanku, memberikan sebuah cincin yang Nampak kemilau di terpa cahaya mentari yang mulai kembali ke peraduan, aku tak bisa membalas kata-katanya, bagiku ini hanyalah sebuah mimpi, ilusi, namun aku tersadar ke dunia nyata ketika dia menyentuh tanganku dan memasukkan cincin itu ke jariku, aku hanya mengangguk dan terasa air mataku menetes membasahi pipiku. Terimakasih telah menghadirkannya kembali di kehidupanku.
No comments:
Post a Comment