Wednesday, January 25, 2012

Bukan Judul Terakhir


Terkadang sebuah pertanyaan yang menusuk hatiku ketika dia berucap "apakah aku sudah membebaskan negeri ini?" dia adalah seorang pahlawan yang mungkin namanya tidak dikenang oleh sebagian besar masyarakat, bahkan siapa juga yang tau namanya. ketika orang-orang bertanya, darimanakah anda berasal, dia hanya tersenyum dan berkata "dari negeri yang dicintai banyak orang" tentu saja si penanya heran, bahkan mungkin ada yang menganggapnya gila, namun dia tidak perduli apa kata orang, pernah suatu hari dia melakonkan apa saja profesi orang yang di lihatnya, mulai dari buruh sampai pejabat tinggi negara, dan saat itu aku juga terhern, lalu kuputuskan untuk bertanya "kenapa anda melakukan itu?" lagi, dia tersenyum dan berkata "aku hanya ingin merasakan negeriku" dari situ, aku rasa aku telah mengambil sebuah kesimpulan, dimana dia ingin merasakan berbagai profesi yang ada di negeri ini, namun ternyata lebih dari itu, dia ingin merasakan menjadi mereka dengan seluruh kesusahpayahannya. 
Pernah suatu malam dia bertanya kepada saya, "apakah saya ini orang yang pantas hidup di negeri yang suci ini?" lalu aku menjawab "tentu saja anda pantas hidup di negeri ini, bukankah negeri ini milik semua orang?", dia tersenyum dan menjawab "anda benar, namun apakah pantas jika saya melakukan hal yang buruk namun tetap mendapat kebaikan dari negeri ini?", aku mengernyitkan dahi, aku bingung "maksud anda? kejahatan apa? dan apa kebaikan yang anda peroleh dari negeri ini?", lalu dengan senyumnya dia berlalu, sampai di ambang pintu dia berbalik dan berkata "berarti anda belum paham apa itu negeri" kemudian dia keluar dan menghilang ditelan gelapnya malam.
Aku masih bingung dengan kata-kata terakhirnya sebelum dia tidur disini, tubuhnya yang putih menonjolkan urat-urat nadinya yang kebiruan, garis-garis halus menghiasi wajahnya yang menua karena usia, lalu aku mengusap wajahnya, aku berbisik "maaf, diluar ada banyak tamu yang ingin bertemu" perlahan dia membuka matanya, menatapku sesaat kemudian bangun dan mengenakan peci usangnya "siapa?" tanyanya padaku, aku menjawab "tidak tau" lalu dia keluar, tubuhnya yang renta tidak mengurangi semangatnya yang tetap berkobar dalam jiwanya, tak lama setelah dia menemui tamunya dia duduk di bangku, sepertinya ada yang ingin di ucapkannya padaku, akupun duduk di depannya dan dia memulai "tadi yang datang adalah orang dari negeri ini mereka mengucapkan terima kasih kepada saya, namun saya sendiri bingung kenapa mereka berterimakasih kepada saya dan bukannya berterimakasih kepada negeri ini”, lalu dia menerawang jauh keluar, cukup lama ia terdiam, menatap kosong hamparan tanah yang membentang sepanjang jalan setapak. Jalan ini adalah satu-satunya jalan yang mengantarkan para tamu kerumah ini, jika ada seseorang telah melewati jalan setapak ini sudah bisa ditebak bahwa dia adalah tamu untuk rumah ini.
Dalam hati, aku masih menyimpan banyak pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang diucapkannya, tentang misteri dibalik semua tindakannya dan alasan mengapa dia melakukan hal yang tak lazim dilakukan oleh warga Negara biasa. Pernah suatu hari untuk membunuh rasa penasaranku, aku beranikan diri bertanya kepadanya, namun dia hanya tersenyum dan lagi-lagi, dia hanya akan menjawab “berarti anda belum paham tentang arti hidup dan arti Negeri, sekarang mengapakah anda dilahirkan di negeri ini? Mengapa anda tidak dilahirkan di negeri yang lain?” kemudian dia meninggalkanku dengan rasa pertanyaan baru, begitu seterusnya, setiap kali aku bertanya kepadanya dia akan berbalik dan menambahkan rentetan keingintahuanku yang tinggi tentang makna dari setiap tindakannya.
Belum sempat dia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang senantiasa memenuhi pikiranku, dia telah pergi, meninggalkan negeri yang sangat dicintainya, aku teringat kata-kata terakhirnya sebelum dia kembali, “aku pernah merasa sangat sendiri di negeri ini, dan aku pernah merasa sangat rindu dengan negeri ini, bahkan aku pernah merasa sangat damai dan tenang di negeri ini, kelak anda akan tau bagaimana rasanya berada dinegeri sendiri tanpa ada rasa takut, bagaimana jika aku terbuang dari negeri ini, pahamilah setiap langkah yang anda jalani”, kemudian selang beberapa setelah nasihatnya dia pergi meninggalkan negeri yang sangat di cintainya namun dia terlihat bahagia karena dia menyatu dengan negeri yang sangat di cintainya.
Lama aku berfikir tanpa menemukan titik terang atas semua pertanyaanku, hingga aku menemukan seorang sahabat yang sangat mirip dengannya, bahkan, dia dengan mudah menjawab pertanyaanku selama ini, aku berfikir, “mungkinkah dia adalah reinkarnasi dari dia yang sangat mencintai negeri ini? mungkin".
Hari ini, aku mengetahui satu hal lagi yaitu ada kisah baru dalam perjuangan ini dan oh... ini bukan judul terakhir untuk kisah perjuangannya semoga ada jutaan judul lagi.
Dari  aku yang selalu mengagumi sosok itu, sosok yang telah memberikan berjuta kebaikan dari negeri ini. Dan ucapan terimakasih karena telah menjadikan semangatmu yang agung sebagai panutanku, menjadinya indah dengan berguna bagi orang lain dan menjadikannya sempurna ketika bahagia datang dari orang  lain.


No comments:

Post a Comment